Kamis, 22 Mei 2025

Mengenal Keluarga Abdul Muthalib dan Anak Keturunannya

“Abdul Muthalib bin Hasyim memiliki sepuluh anak laki-laki dan enam anak perempuan. Anak laki-lakinya yaitu Al-Harits, Zubair, Dhirar, Hajl, Al-Muqawwim, Abu Thalib, Abu Lahab (Abdul Uzza), Al-Abbas, Hamzah, dan Abdullah. Adapun keenam anak perempuannya adalah Shafiyyah, Ummu Hakim Al-Baidha, Atikah, Umaimah, Arwa, dan Barrah.” [Sirah Ibnu Hisyam]

Abdul Muthalib, siapa yang tidak kenal dengan tokoh yang satu ini? Dia adalah kakek dari Rasulullah Muhammad ﷺ Dia pula sosok yang memberikan nama “Muhammad” kepada cucunya tersebut.

Inilah satu nama yang tidak lazim bagi orang-orang Arab ketika itu. Dengan nama tersebut, Abdul Muthalib berharap agar segenap manusia kelak akan memuji dan mengagungkannya.

Pada masanya, Abdul Muthalib adalah tokoh terbesar suku Quraisy. Namanya aslinya adalah Syaibah bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy).

Abdul Muthalib inilah yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala untuk menggali sumur Zamzam yang telah terkubur beratus tahun lamanya.

Dia pula yang berdialog dengan Abrahah, sang Gubernur Yaman, sebelum dia dan pasukan gajahnya memasuki Mekkah untuk menghancurkan Ka'bah.

Selama hidupnya, Abdul Muthalib memiliki beberapa orang istri, antara lain: (1) Samra' binti Jundab, (2) Lubna binti Hajir, (3) Takhmur binti Abd bin Qusyah; (4) Fatimah binti Amr, (5) Haulah binti Wuhaib, (6) Shakrah binti Abdun, dan (7) Nutailah binti Janab.

Fathimah binti Amr adalah yang paling banyak melahirkan anak bagi Abdul Muthalib, yaitu delapan orang. Salah satunya adalah Abu Thalib, anak sulung, dan Abdullah (ayahnya Rasulullah ﷺ)

Dari istri-istri yang lain, Abdul Muthalib pun memiliki sejumlah anak, di antaranya Al-Harits dari Samra’ binti Jundab. Dia adalah anak pertama Abdul Muthalib. Al-Harits pulalah yang membantu ayahnya menggali sumur Zamzam yang tertimbun.

Anak Abdul Muthalib lainnya adalah Abdul Uzza (Abu Lahab) dari pernikahannya dengan Lubna binti Hajir; Hamzah dari Haulah binti Wuhaib; dan Al-Abbas dari Nutailah binti Janab.

Secara keseluruhan, menurut Ibnu Hisyam anak Abdul Muthalib berjumlah 16 orang, yaitu sepuluh laki-laki dan enam perempuan.

Apabila diperinci, sepuluh orang anak laki-laki Abdul Muthalib (yang mana, sembilan di antaranya menjadi paman dari Rasulullah ﷺ dari pihak ayah) adalah:

01. Al-Harits bin Abdul Muthalib
02. Zubair bin Abdul Muthalib
03. Dhirar bin Abdul Muthalib
04. Hajl bin Abdul Muthalib
05. Al-Muqawwim bin Abdul Muthalib
06. Abu Thalib bin Abdul Muthalib
07. Abdul 'Uzza bin Abdul Muthalib (Abu Lahab)
08. Al-Abbas bin Abdul Muthalib
09. Hamzah bin Abdul Muthalib
10. Abdullah bin Abdul Muthalib.

Adapun enam perempuan Abdul Muthalib (yaitu para bibi Rasulullah ﷺ dari pihak ayah) adalah:

01. Shafiyah binti Abdul Muthalib
02. Ummu Hakim binti Abdul Muthalib
03. Atikah binti Abdul Muthalib
04. Umaimah binti Abdul Muthalib
05. Arwa' binti Abdul Muthalib
06. Barrah binti Abdul Muthalib

Sebagian dari anak keturunan Abdul Muthalib ini kelak menjadi tokoh besar yang mewarnai perjalanan sejarah umat manusia. Dan, yang paling agung adalah cucunya, yaitu Muhammad ﷺ bin Abdullah bin Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib wafat di Mekkah ketika Rasulullah ﷺ berusia 8 tahun. Sepeninggal sang kakek, pengasuhan Rasulullah ﷺ kecil berpindah ke tangan pamannya, yaitu Abu Thalib.

Disarikan dari (1) Atlas Perjalanan Hidup Nabi Muhammad, (2) Sirah Ibnu Hisyam, (3) Ar-Rahîq Al-Makhtûm Al-Mubarakfury, dan lainnya.

Sabtu, 17 Mei 2025

KISAH ABDUL MUTHALIB KAKEK NABI MUHAMMAD SAW

 

Muhammad SAW

           Abdul Muthalib beliau bernama Asli Syaibah lahir Tahun 497 M, wafat dalam usia 80 tahun pada saat Rasulullah SAW berusia 8 Tahun. Merupakan putra dari Hasyim bin Abdi Manaf. 

          Terkait nama Abdul Muthalib ada kisah yang menyebutkan bahwa pamannya Al-Muthalib bin Manaf bergantian memegang tugas menyediakan minuman dan bantuan yang diperlukan kepada jamaah haji ketika saudaranya Hasyim telah meninggal dunia. Orang-orang Quraisy menyebutnya Al-Faidh karena kemurahan hatinya. Suatu hari, salah seorang temannya, Tsabit bin Al-Mundzir ayah Hasan bin Tsabit, penyair Rasulullah datang kepadanya, lalu berkata, “jika kamu melihat keponakanmu Syaibah di antara kita, maka kamu akan melihat keindahan, kewibawaan, dan kemuliaan.” Muthalib berkata, ”Menurut dugaanku, ibunya tidak akan menyerahkan kepadamu. Begitu juga paman-pamannya dari pihak ibu.” 

         Salma Ibunda Syaibah (Abdul Muthalib) adalah seorang perempuan yang mulia dari bani Addi bin Najjar, yakni Salma binti Amr bin Zaid bin Labib dari Bani Addi bin Najjar. Suatu saat Hasyim bersama dengan kafilahnya berhenti di Madinah. Disana mereka menemukan sebuah pasar yang sedang ramai dengan aktivitas jual beli. Hasyim melihat seorang perempuan berada ditempat yang tinggi diatas pasar Perempuan ini memberikan perintah pembelian dan penjualan untuknya. Ia adalah perempuan yang teguh , berpendirian, rendah hati, dan cantik. Hasyim bertanya kepada penduduk sekitar, apakah ia masih gadis atau janda? Mereka mengatakan bahwa ia janda dan tidak mau menikah kecuali dengan laki-laki yang setara denganya karena kedudukanya terhormat di kalangan kaumnya. Ia menyaratkan bahwa jika ia menikah, maka pemegang kekuasaan adalah dirinya . Hasyim kemudian meminangnya. Setelah mengetahui kemuliaan nasab Hasyim, Salma menerima pinangan Hasyim dan bersedia menikahkan dirinya dengan Hasyim. Setelah perkawinan mereka menghasilkan anak yang pertama yaitu Syaibah. Hasyim wafat dalam sebuah perjalanan di Syam. Ia dimakamkan di Gaza. 

           Setelah ayahnya meninggal Syaibah hidup di bawah penjagaan dan pemeliharaan ibunya dan paman-pamanya. Akhirnya Tsabit memberikan informasi kepada paman Syaibah, Yaitu Al-Muthalib tentang hal tersebut. Maka Al-Muthalib mendatanginya untuk membawanya pulang. Semula Salma menolak permintaan Al-Muthalib. Namun akhirnya ia menyetujuinya. Al-Muthalib membawa Syaibah kembali ke Makkah pada waktu siang. 

           Ketika penduduk Makkah melihat Syaibah, mereka menyangka bahwa Syaibah adalah budak dari Al Muthalib. Maka mereka berkata, “ini adalah Abdul Muthalib (budak Muthalib).” Al-Muthalib berkata, “Enyahlah kalian.! Sesungguhnya ia adalah anak saudaraku, Syaibah bin Hasyim.” Namun Syaibah tetap terkenal dengan sebutan Abdul Muthalib. 

          Al-Muthalib pergi ke Yaman dan meninggal di sana. Maka Abdul Muthalib bin Hasyim yang mengganti tugas memberikan minuman dan pelayanan kepada jamaah haji. Ia tidak pernah lelah untuk memberikan makanan dan minuman kepada mereka dalam wadah besar yang terbuat dari kulit di Makkah. 

         Ketika sumur Zamzam telah ditemukan, jamaah haji diberi minum dari sumur ini. Abdul Muthalib adalah orang yang pertama kali menggali sumur zamzam setelah zaman dahulu dikubur oleh kabilah Jurhum saat dipaksa untuk keluar dari kota Makkah. Abdul Muthalib membawa air Zamzam ke Arafah untuk memberikan minuman kepada jamaah Haji. Dengan begitu, ia memberikan kenang-kenangan yang luar biasa, yaitu air zamzam yang merupakan kenang-kenangan dari Nabi Ismail.