Nama lengkapnya Abu Manshur
Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi al-Samarqandi, nisbah kepada
Maturid, nama distrik di Samarkand, negeri
yang terletak di seberang sungai Amu Dariya (seberang sungai Jihun),
daratan Transoxiana.
Tidak ada data sejarah yang menginformasikan tahun kelahirannya secara
pasti. Akan tetapi menurut dugaan kuat, dia dilahirkan pada masa khalifah al-Mutawakkil (205-247 H/820-861 M),
Khalifah ke-10 dari dinasti Abbasiyah. Diperkirakan al-Maturidi lahir sekitar
20 tahun sebelum lahirnya al-Imam
al-Asy’ari.
Secara geneologis, nasah Abu Manshur al- Maturidi masih bersambung
dengan sahabat Rasulullah dari kaum Anshar, yaitu Abu Ayyub al-Anshari (w. 52 H/672
M). hal ini menjadi bukti bahwa al-Maturidi lahir dari keluarga terhormat dan
terpandang di kalangan masyarakat, karena ketika Rasulullah hijrah ke kota
Madinah,beliau singgah dan tinggal di rumah Abu
Ayyub al-Anshari, sahabat yang menjadi saksi hidup peristiwa Bai’at
al-‘Aqabah, dan mengikuti peperangan Badar, Uhud, Khandaq dan lain-lain.
Al-Maturidi lahir dari lingkungan keluarga ulama yang sudah barang tentu
mencintai ilmu Agama. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan
intelektual Al-Maturidi yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mencintai
ilmu agama sejak usia dini. Selain ditopang dengan kecerdasannya yang luar
biasa, Al-Maturidi juga seorang pelajar
yang tekun dan gigih dalam menuntut ilmu, sehingga pada akhirnya mengantar
reputasi intelektual Al-Maturidi ke puncak kecemerlangan dengan menyandang
beberapa gelar seperti, Imam al-Huda
(pemimpin kebenaran), Qudwat Ahl al
–Sunnah wa al-Ihtida’ (panutan
pengikut sunnah dan petunjuk), Rafi’
‘Alam al-Sunnah wa al-Jama’ah (pengibar bendera sunnah dan jama’ah), Qali’ Adhalil al-Fitnah wa al-Bid’ah
(pencabut kesesatan fitnah dan bid’ah), Imam
al-Mutakallimin (penghulu para teolog) dan Mushahhih ‘Aqa’id al-Muslimin (korektor akidah kaum muslimin).
Gelar-gelar tersebut membuktikan posisi intelektual Al-Maturidi yang sangat
istimewa dalam pandangan murid-muridnya.
Background Sosial, Politik dan Pemikiran Al-Maturidi
Al-Maturidi hidup di negeri samarkand, Uzbekistan. Kehidupannya berkisar
antara paruh kedua abad ketiga Hijriah dan paruh pertama abad keempat Hijriah.
Dalam catatan sejarah, Samarkand pada mulanya di masuki dan di taklukan oleh
pasukan kaum Muslimin pada tahun 55 H/675 M dibawah kepemimpinan panglima Sa’id
bin Utsman , ketika menjabat sebagai gubernur Khurasan pada masa pemerintahan
Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Sa’id bin Utsman menyeberangi sungai Amu
Daria dan melakukan pengepungan terhadap negeri Samarkand, tetapi kemudian
meninggalkannya. Pada tahun 78 H/697 M, panglima Qutaibah bin Muslim bersama
pasukannya untuk pertama kalinya menyeberangi sungai Amu Daria dan memerangi
negeri Bukhara, Syas dan singgah di Samarkand. Setelah itu,Qutaibah bin Muslim
melakukan penyerangan terhadap negeri-negeri seberang sungai Amu Daria selama
tujuh tahun.
Pada
masa Al-Maturidi, kerajaan Samarkand dikuasai oleh dinasti Saman, dinasti yang
berasal dari sebuah desa di Samarkand,yang bernama desa Saman. Dinasti ini
tercatat sebagai dinasti terbaik yang memerintah Samarkand. Mereka sangat
menghormati dan memuliakan ilmu agama dan kalangan ulama. Dinasti Saman ini
berhasil menguasai Khurasan dan negeri-negeri seberang sungai Amu Daria sejak
tahun 261 H/875 M sampai tahun 389 H/999 M. dinasti ini di pimpim oleh Asad bin
Saman dan diteruskan oleh keempat anaknya yang menjadi pembantu Khalifah
al-Makmun sekaligus sebagai penguasa otonom di Khurasan dan Samarkand.
Situasi
politik dan pemikiran yang berkembang pada masa Al-Maturidi,berkaitan erat
dengan situasi politik dan pemikiran yang sedang berkembang di dunia islam pada
umumnya. Di mana pada saat itu, negara
islam pada paruh kedua abad ketiga dan abad keempat menyaksikan berbagai
disintregasi politik yang sangat kritis,yang sudah barang tentu membawa pada
terpecah belahnya negara dalam beberapa daerah kekuasaan dan pengaruh. Negeri
Andalusia di kuasai oleh dinasti Umawi, Maroko dikuasai dinasti Idrisi, Moushul
dan Aleppo dikuasai dinasti Hamdan, Mesir dan Syam dikuasai dinasti Thulun dan
Akshyid, Irak dikuasai dinasti Turki dengan mengatasnamakan Khalifah Abbasi.
Sedangkan Persia menjadi beberapa dinasti yang sangat berpengaruh. Dinasti
Dulafiyah menguasai Kurdistan, dinasti Shafariyah menguasai Paris, dinasti
Saman menguasai Persia dan negeri
seberang sungai Amu Daria, dinasti Ziyadiyah menguasai Jurjan, dinasti
Hasnawiyah menguasai Kurdistan,dinasti Buwaihiyah menguasai Persia bagian
selatan, dan dinasti Ghaznawiyah menguasai India dan Afganistan. Disintregasi
negara islam yang terpecah belah menjadi beberapa daerah otonom ini, juga
disokong oleh lemahnya otoritas Khalifah Abbasi di Baghdad, dan tampilnya ras
Turki dan Persia yang berupaya menjadikan Khalifah sebagai boneka. Jabatan
Khalifah hanya sebatas simbol belaka, sedangkan penguasa yang sesungguhnya
adalah orang-orang Turkmen dan Persia.
Guru-guru Al-Maturidi
Al -Iman Abu Manshur
al-Maturidi adalah deklarator madzhab Maturidi, aliran pemikiran dan
teologis besar yang merupakan cabang kedua dalam pemikiran Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Dia berguru kepada para ulama terkemuka bermadzhab Hanafi, yang diakui
kedalamannya dalam bidang fiqih dan teologi, yang mereka peroleh dari sumber
yang tak pernah kering,yaitu kitab-kitab al-Iman Abu Hanifah yang telah
memberikan kesegaran, penjelasan dan analisa terhadap generasi demi generasi. al-Maturidi
sendiri menyatakan,telah mempelajari kitab-kitab Abu Hanifah tersebut, yaitu al-Fiqh al-Absath, al-Risalah, al-‘Alim wa al-Muta’allim dan al-Washiyyah kepada guru-gurunya seperti Abu Nashr al-‘Iyadhi,
al-Juzajani dan al-Balkhi. Ketiga guru tersebut berguru kepada al-Imam Abu Sulaiman al-Jazujani, murid al-Imam Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan di
kemukakan beberapa nama guru-guru al-Maturidi
Ø
Abu Nashr
al-‘Iyadhi
Ø
Abu Bakar
Ahmad bin Ishaq al-Jazujani
Ø
Nushair
bin Yahya al-Balkhi (w. 268 H/863 M)
Ø
Muhammad
bin Muqatil al-Razi (w. 248 H/863 M)
Karya-Karya al-Maturidi
Al -Iman Abu Manshur
al-Maturidi telah menulis banyak
karangan,yang membuktikan kedalaman,kesuburan dan ilmu pengetahuannya yang beragam dalam berbagai bidang, mencakup
ilmu tafsir, fiqih, ushul fiqih, teologi, bantahan terhadap orang Qaramithah,
Rafidhah (Syi’ah), Mu’tazilah dan ateis. Ilmu pengetahuan yang dikuasai Al
-Iman Abu Manshur al-Maturidi secara mendalam dan komprehensif meliputi
berbagai ilmu keislaman dan filsafat yang dia tuangkan dalam bentuk karangan
karangan.
Terdapat
sekitar 17 judul karya al-Maturidi, diantaranya yaitu kitab al-Tauhid, kitab al-Muqalat, al-Radd ‘Ala a-Qaramithah, Bayan
Wahn al-Mu’tazilah, Radd al-Ushul al-Khamsah, Radd kitab Wa’id al-Fussaq, Radd
Awa’il al-Adillah, Radd tahdzid al-Jadal, Syarh al-Fiqh al-Akbar dan
lain-lain. Namun sayang sekali, dari sekian banyak karya Al -Iman Abu Manshur al-Maturidi, hanya sedikit yang informasinya
sampai kepada generasi sekarang, diantaranya adalah :
v Ta’wilat Ahl al-Sunnah
v
Ma’khadz
al-Syara’i dan kitab al-Jadal
v
Kitab
al-Tauhid
Wafatnya Al
-Iman Abu Manshur al-Maturidi
Ada perbedaan ringan di kalangan sejarawan tentang tahun
wafatnya Al -Iman Abu Manshur al-Maturidi
, hal ini berbeda dengan tahun kelahirannya, yang tidak ada informasi sama
sekali di kalangan mereka. Mayoritas literatur sejarah hampir sepakat bahwa Al -Iman Abu Manshur al-Maturidi wafat pada tahun 333 H/944 M. akan tetapi
Thasy Kubri Zadah dalam kitab Miftah al-Sa’adah dan Ibn Kamal Basya dalam kitab
Thabaqat al-Hanafiyyah menyebutkan bahwa ada riwayat lemah yang mengatakan Al -Iman Abu Manshur al-Maturidi wafat
tahun 336 H. sementara Abu al-Hasan al-Nadwi ulama kontemporer berkebangsaan India
menyebutkan bahwa Al -Iman Abu Manshur
al-Maturidi wafat tahun 332 H. barangkali al-Nadwi mengambil informasi
tersebut dari kitab Syarh al-Fiqih al-Akbar yang oleh pakar masih diragukan
autentisifikasinya sebagai karya Al -Iman
Abu Manshur al-Maturidi . boleh jadi,al-Nadwi mengambilnya dari al-Bayadhi
dalam kitab Isyarat al-Maram. Namun
riwayat yang paling kuat tentang wafatnya Al
-Iman Abu Manshur al-Maturidi adalah tahun 333 H/944 M, karena mayoritas
literatur biografi ulama madzhab Hanafi menyepakatinya. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar