Jumat, 07 Oktober 2016

DZUL KHUWAISHIROH, SI KHAWARIJ PERTAMA DARI NEJD

Tercatat dalam sejarah, bahwa pemberontakan pertama kali dalam Islam dilakukan oleh Dzul-Khuwaishirah, yang kemudian menurunkan generasi yang berpemikiran Khawarij seperti dia. Lalu ada Abdullah bin Saba’ yang menciptakan gerakan Syi’ah. Pada perkembangan berikutnya, tidak satu pemberontakan pun kecuali pelakunya adalah dua saudara kembar ini: Khawarij dan Syi’ah, atau orang-orang teracuni pemikiran dua aliran sesat tersebut.
Imam Ibnul-Jauzi berkata dalam kitabnya Talbis Iblis:

“Khawarij yang pertama dan yang paling jelek adalah Dzul-Khuwaishirah.”

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa beliau berkata:
‘Ali pernah mengirim dari Yaman untuk Rasulullah, sepotong emas dalam kantong kulit yang telah disamak, dan emas itu belum dibersihkan dari kotorannya. Maka Nabi membaginya kepada empat orang: ‘Uyainah bin Badr, Aqra’ bin Habis, Zaid al-Khail, dan yang ke-empat ‘Alqamah atau ‘Amir bin ath-Thufail. Maka seseorang dari para shahabatnya menyatakan:
“Kami lebih berhak dengan (harta) ini dibanding mereka.”
Ucapan itu sampai kepada Nabi, maka beliau bersabda:
“Apakah kalian tidak percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan Dzat yang ada di langit (yakni Allah), wahyu turun kepadaku dari langit di waktu pagi dan sore”.
Kemudian datanglah seorang laki-laki yang cekung kedua matanya, menonjol bagian atas kedua pipinya, menonjol kedua dahinya, lebat jenggotnya, botak kepalanya, dan tergulung sarungnya. Orang itu berkata:
“Takutlah kepada Allah wahai Rasulullah!”
Maka Rasulullah kemudian berkata: “Celaka engkau! Bukankah aku manusia yang paling takut kepada Allah?”
Kemudian orang itu pergi. Maka Khalid bin al-Walid berkata: “Wahai Rasulullah bolehkah aku penggal lehernya?”
Nabi berkata: “Jangan, dia masih shalat (yakni masih muslim).”
Khalid berkata: “Berapa banyak orang yang shalat dan ber-syahadat ternyata bertentangan dengan isi hatinya.”
Nabi berkata: “Aku tidak diperintah untuk meneliti isi hati manusia, dan membelah dada mereka.”
Kemudian Nabi melihat kepada orang itu, sambil berkata:
“Sesungguhnya akan keluar dari keturunan orang ini sekelompok kaum yang membaca Kitabullah (al-Qur’an) secara kontinyu, namun tidak melampaui tenggorokan mereka (*yakni tidak paham makna aslinya). Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari (sasaran) buruannya.”
Dan saya kira beliau berkata:
“Jika aku menjumpai mereka, niscaya aku akan bunuh mereka seperti dibunuhnya kaum Tsamud.”

Dalam riwayat lain:

Ketika kami bersama Rasulullah, beliau sedang membagi … tiba-tiba Dzul-khuwaishirah —seseorang dari Bani Tamim— mendatangi beliau kemudian berkata:
“Wahai Rasulullah, berbuat adil-lah!”
Rasulullah berkata: “Celaka engkau, siapa lagi yang akan berbuat adil jika saya sudah (dikatakan) tidak adil. Sungguh rugi dan rugi saya jika saya tidak bisa berbuat adil.”
Maka ‘Umar berkata: “Wahai Rasulullah izinkan saya untuk memenggal lehernya!”
Rasulullah menjawab:
“Biarkan dia. Sesungguhnya dia mempunyai pengikut, di mana kalian merendahkan (menganggap kecil) shalat kalian dibanding shalat mereka, shaum kalian dibanding shaum mereka. Mereka membaca al-Qur’an tapi tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari (sasaran) buruannya ….”
[Muttafaqun ‘aIaihi, HR. AI-Bukhari no. 3344, 3610, 4351, 4667,5058, 6163, 6931, 6933, 7432, 7562; Muslim no. 1064, 1065.]
…akan keluar dari keturunan orang ini suatu kaum yang mereka itu ahli membaca Al Qur’an, namun bacaan tersebut tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari (sasaran) buruannya. Mereka membunuhi ahlul-Islam dan membiarkan hidup (tidak mereka bunuh) ahlul-Autsan (orang-orang kafir). Jika aku sampai mendapati mereka, akan aku bunuh mereka dengan cara pembunuhan terhadap kaum ‘Aad.”
[Muttafaqun ‘aIaih, HR. AI-Bukhari 3344, Muslim 1064; Abu Dawud 4764.]
Imam Ibnul-Jauzi berkata:
“Orang itu dikenal dengan nama Dzul-Khuwaishirah at-Tamimi. Dia adalah Khawarij pertama dalam sejarah Islam. Penyebab kebinasaannya adalah karena dia merasa puas dengan pendapatnya sendiri. Kalau dia berilmu tentu dia akan tahu bahwa tidak ada pendapat yang lebih tinggi dari pendapat Rasulullah.”
Imam al-Barbahari berkata di dalam Syarhus-Sunnah hal.78:
“Setiap orang yang memberontak kepada imam (pemerintahan) kaum muslimin adalah Khawarij, dan berarti dia telah memecah belah kesatuan kaum muslimin dan menentang sunnah, serta matinya seperti mati jahiliyyah.”
Asy-Syahrastani berkata:
“Setiap orang yang memberontak kepada imam yang telah disepakati kaum muslimin adalah Khawarij. Sama saja, apakah dia memberontak di masa shahabat kepada al-Khulafa-ur-Rasyidun, atau setelah mereka di masa tabi’in dan para imam di setiap zaman.”
Ibnu Hazm al-Andalusi berkata:
“…. Dzul Khuwaishirah yang sangat bodoh dan rendah derajat keagamaannya sehingga ia menyalahkan Nabi dalam keputusan beliau saat pembagian ghanimah. Ia memandang dirinya lebih baik dari Nabi. Padahal ia meyakini bahwa beliau adalah utusan Allah Ta’ala yang jadi panutan dan pembawa agama Islam. Tanpa Rasulullah, mungkin ia tak lebih dari seekor keledai, bahkan bisa jadi lebih buruk. Kami berlindung kepada Allah dari kesesatan.”
Ibnu Taimiyah berkata tentang Khawarij:
“Pangkal kesesatan mereka karena meyakini bahwa para imam dan mayoritas umat Islam tidak berbuat adil dan sesat. Ini juga merupakan titik kesalahan orang-orang yang keluar dari sunnah, seperti Syiah Rafidhah dan lainnya. Mereka menganggap suatu kezaliman sebagai kekufuran, akibatnya banyak hukum yang mereka karang-karang sendiri.”
Ibnu al-Jauzi juga menjelaskan tentang kebodohan mereka, ia berkata:
“Mereka telah menghalalkan membunuh anak-anak, namun tidak menghalalkan memakan buah tanpa membayar harganya. Mereka berpayah-payah dalam beribadah hingga tidak tidur malam. Ibnu Muljam ketakutan saat lidahnya dipotong karena khawatir tidak dapat berzikir. Mereka menghalalkan membunuh Ali kemudian menghunuskan pedangnya kepada orang-orang muslim. Tidak mengherankan jika mereka sudah puas dengan keilmuan mereka dan merasa lebih pintar daripada Ali. Karena Dzul-Khuwaishirah sendiri pernah mengatakan kepada Rasulullah: “Berbuatlah adil, anda tidak adil.” Iblis saja tidak akan pernah melakukan tindakan serendah itu. Kami berlindung kepada Allah dari kesesatan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar